Saturday, October 29, 2011

Kebebasan, Junalistik dan Budaya


Kebebasan hari ini telah menghembuskan angin sejuk bagi mereka, manusia yang ingin menjadi penulis. Bagaimana tidak? Citizen Jurnalism hari ini sudah melampaui batas-batas tertentu dalam kegiatan menulis. Misalnya saja kode etik jurnalistik yang paling sering dicuatkan ke permukaan pers Indonesia. Insan jurnalis masa kini, bisa saja menulis tidak sesuai fakta, bahkan disisipi keperluan-keperluan tertentu dalam konten tulisannya tanpa diketahui pihak bersangkutan, yang menyuarakan secara lantang tentang kode etik jurnalistik.

Sunday, October 23, 2011

Ding, Kematian dan Cerita Masa Itu

Ding, aku sudah membaca suratmu kemarin.
Aku sedih, Ding, membacanya. Kau bilang negeri kita sudah jadi riak diterpa ombak. Hihihihi.
Aku tertawa? Tentu saja, caramu menggambarkan negeri kita sudah sama seperti anak-anak SD yang menggambar dunia seolah-olah hanya ada satu matahari, dua gunung, jalan berkelok, sawah dan petani.

Tuesday, October 18, 2011

Tasamuh IV

"When life's so hard, people try to push you out and world goes too much far away from your side, just remember He with youu.."

Gusti Pangeran Abdi Nu Maha Rahman...
Aku terlalu congkak selama ini, bahkan padaMu.
Aku harusnya tak boleh begitu, tak boleh begini..

Aku terlalu sering merasa benar.
Terlalu sering menuduh salah pada mereka.
Terlalu kaku, terlalu baku menentukan pilihan.

Ampun, Gusti...
:(

Sunday, October 16, 2011

Dum dumm dumm.. My heart's singin'..

"..and it's rain when you here, and it's rain when you're gone.."
Taylor Swift - Forever and Always


Get My Computer Back! :D

Hey! Akhirnya! I'm back here.. Ya ampun, eugh.. Sebel banget waktu kompi rusak. Ga bisa spamming, ribet sih kalo blogging via hape. Belum setting cellular site-nya. :P
Jadi weh mahal, ntar pulsa aku abis cuma buat blogging dong, ahaha.. No. No. Noooo..

Sering aku berdoa sama Tuhan. "Tuhan.. Kasih hambaMu rizki yang banyak dong. Aku pengen punya komputer sendiriiiiiii, aku ga mau rebutan terus ama ade aku kalo pake kompi. Aku ga mau rebutan terus nambah dosa aku yang numpuk kayak jerawat aku.. (⌣́_⌣̀)..".
Aku berdoa gitu, dan belum dikabulin. Hiks...

Yah, baiklah, Tuhan tau yang terbaik kaaan buat aku. :D
I mean, hey, Im still breathing untill now gitu. Itu berarti Tuhan masih kasih aku kesempatan buat segalanya :D
Ah, lamalama aku kutip juga katakatanya Ubu Canubi xD

Ya sudahlah yah.. lamalama teryata aku juga jadi latihan debat sama ade aku. :P
Itung-itung olah bicara kalo aku lagi di forum. Wkwkwkw.. (Forum apa pulaaaa ini, Mbaaak?)

Have a nice day yah, kamu :D
Udahan dulu spammingnya.

Saturday, October 15, 2011

Syahdan, Kegilaan Kita

Dini hari itu Ejja terbangun lalu lekas-lekas mengucek matanya dan tersadar, Ruth tak ada disebelahnya!
Ejja tahu, tadi malam Ruth berencana akan masak sarapan spesial, tapi jam 1 malam? Ruth tak mungkin sedini ini pergi ke pasar.
Ejja merebahkan kembali kepalanya, lalu tangannya mendapati secarik kertas di bawah bantal tidurnya.


"...Kita memang samasama gila:

Buktinya kau nurut saja waktu kubilang
matamu
adalah samudra yang harus kuselami
----Dan kau setuju waktu aku merobek matamu, mili demi mili


Tapi memang akhirnya kau menangkisku, kau bilang
hal itu tak cukup jadi alasan kegilaan kita berdua.


Ah! Tapi, bukannya mengaku waras adalah kegilaan itu sendiri?
(kemudian kau mengangguk saja)
Dasar absurd!

Dulu, waktu layar 14inchku menangkap kumpulan sinar
(yang belakangan nampak nyata sekali---itu wajahmu!)
Aku gilagilaan bertahan
untuk tak jatuh cinta.
Bukannya bagus?
aku bisa melihat matamu dan kristal putih itu meski dua keping kaca sengaja kau pakai untuk menyembunyikannya

Hihihihi. Tuhkan. Kita memang samasama gila.
Apa?
Yang gila, cuma aku, katamu?

Ah! Tapi, bukannya aku dan kau memang satu yang sama? Hihihi.
(kemudian kau mengangguk saja) artinya kau setuju kalau kita samasama gila. Hihihi.

----

kadang-kadang aku muak melihatmu cuma mengangguk atau tersenyum kecil saja
---tidak lari-lari atau meloncat-loncat girang.
meski lama-lama terbiasa, dengan alasanmu dari saduran
sajak Sapardi yang terkenal itu: "..mencintaimu, harus menjelma aku.." 

mencintaiku, memang cukup menjelma engkau, Ejja.."'

Lalu Ejja tersenyum dan menarik selimutnya. Tiba-tiba Ia tahu Ruth akan baik-baik saja, entah kenapa.

Ejja&Ruth