Ejja bilang ia mau berhenti marah pada hujan. Jadi, pada sore yang nyala, ia turun ke halaman dan menanam bibitnya.
Aku tahu, Ejja sedang jatuh kasihan pada Winnie yang terus-terusan mendekam di dalam tas rajutku.
Ejja bilang, ia mendengar kesedihan Winnie sepanjang hari kalau aku tak pergi kemana-mana. Ejja juga bilang, ia hampir gila dan memutuskan untuk berbaikan dengan hujan demi terhentinya rengekan Winnie yang menyesakan kuping dan hatinya.
Tapi ternyata hujan tak mudah memaafkan kesalnya pada Ejja.
Sampai saat ini keadaan masih sama seperti hari-hari sebelumnya, Winnie yang merengek, Ejja yang manyun dan hujan yang tak kunjung datang.
Sesaat sebelum catatan ini ditulis, Ejja turun dari jendela dan duduk di atas meja sambil menggoyangkan kakinya lalu berceracau seperti burung beo yang baru dapat properti lidah baru. Ejja bicara tentang manusia-manusia yang saling takut dan menutupi kejujurannya dengan selembar lakban hitam, ekonomi yang semakin amburadul, daging sapi gelonggongan, kenaikan harga ayam, tren jilbab muslimah-muslimah berjilbab stylish, dan Winnie yang baru saja terlelap dalam tas rajut yang itu-itu saja.
Ketika berbicara soal Winnie, Ejja menangis, pelan. Ejja memang sayang Winnie sejak pertama kali Winnie dibawa ke kamar berbulan lalu. Ejja tak pernah keberatan memegang winnie meski karat dari gagangnya mengotori kain putih Ejja yang baru saja dicuci, Ejja selalu tak masalah. Ejja sayang Winnie. Dan bagiku, selaku pemilik Ejja dan (pengaku-ngaku) pemilik Winnie, selama Ejja dan Winnie baik-baik saja, keduanya benar-benar akur dan saling sayang, tak masalah.
Pun waktu ketika Winnie mulai bosan, bagi Ejja itu masalah besar. Karena apa? Tentu saja karena Ejja menya(n)yanginya.
Maka dimulailah permintaan berbaikan dengan hujan demi Winnie.
Sekarang Ejja masih duduk ditempat semula dan memainkan ujung bajunya. Sekilas kemudian, kamu mungkin saja bisa mendengar doa yang keluar perlahan dari bibir mungilnya:
"..Allahku yang baik, Winnie telah begitu baik melindungi seseorang yang disayangi Ratu yang berhamba kepadaMu. Maka izinkan Ia juga melindungi dirinya sendiri dari kerapuhan yang pasti terjadi pada apapun yang Engkau ciptakan, setidaknya untuk beberapa saat. Maka aku mohon. Turunkanlah hujan, agar adanya ia bisa bermanfaat. Agar apa yang harusnya ia lakukan dapat ia lakukan. Aamiin..."
Aku tahu, Ejja sedang jatuh kasihan pada Winnie yang terus-terusan mendekam di dalam tas rajutku.
Ejja bilang, ia mendengar kesedihan Winnie sepanjang hari kalau aku tak pergi kemana-mana. Ejja juga bilang, ia hampir gila dan memutuskan untuk berbaikan dengan hujan demi terhentinya rengekan Winnie yang menyesakan kuping dan hatinya.
Tapi ternyata hujan tak mudah memaafkan kesalnya pada Ejja.
Sampai saat ini keadaan masih sama seperti hari-hari sebelumnya, Winnie yang merengek, Ejja yang manyun dan hujan yang tak kunjung datang.
Sesaat sebelum catatan ini ditulis, Ejja turun dari jendela dan duduk di atas meja sambil menggoyangkan kakinya lalu berceracau seperti burung beo yang baru dapat properti lidah baru. Ejja bicara tentang manusia-manusia yang saling takut dan menutupi kejujurannya dengan selembar lakban hitam, ekonomi yang semakin amburadul, daging sapi gelonggongan, kenaikan harga ayam, tren jilbab muslimah-muslimah berjilbab stylish, dan Winnie yang baru saja terlelap dalam tas rajut yang itu-itu saja.
Ketika berbicara soal Winnie, Ejja menangis, pelan. Ejja memang sayang Winnie sejak pertama kali Winnie dibawa ke kamar berbulan lalu. Ejja tak pernah keberatan memegang winnie meski karat dari gagangnya mengotori kain putih Ejja yang baru saja dicuci, Ejja selalu tak masalah. Ejja sayang Winnie. Dan bagiku, selaku pemilik Ejja dan (pengaku-ngaku) pemilik Winnie, selama Ejja dan Winnie baik-baik saja, keduanya benar-benar akur dan saling sayang, tak masalah.
Pun waktu ketika Winnie mulai bosan, bagi Ejja itu masalah besar. Karena apa? Tentu saja karena Ejja menya(n)yanginya.
Maka dimulailah permintaan berbaikan dengan hujan demi Winnie.
Sekarang Ejja masih duduk ditempat semula dan memainkan ujung bajunya. Sekilas kemudian, kamu mungkin saja bisa mendengar doa yang keluar perlahan dari bibir mungilnya:
"..Allahku yang baik, Winnie telah begitu baik melindungi seseorang yang disayangi Ratu yang berhamba kepadaMu. Maka izinkan Ia juga melindungi dirinya sendiri dari kerapuhan yang pasti terjadi pada apapun yang Engkau ciptakan, setidaknya untuk beberapa saat. Maka aku mohon. Turunkanlah hujan, agar adanya ia bisa bermanfaat. Agar apa yang harusnya ia lakukan dapat ia lakukan. Aamiin..."
No comments:
Post a Comment