Wednesday, July 17, 2013

Pak Moko di Otak Saya Siang Ini

Uluh hati saya sakit. Apa itu Radiologi Intervensi? Sakit apa? Separah apa? Sejak kapan?
---

Seolah ada pertanyaan-pertanyaan yang dijejalkan dari telinga ke syaraf-syaraf otak. Tapi kemudian pertanyaan-pertanyaan itu terantuk "Apakah semua hal punya dan perlu penjelasan?", yang diposkan Eko Endarmoko di statusnya, 2009 lalu. Pertanyaan-pertanyaan saya, tentu punya penjelasan. Iya, mereka pasti punya. Tapi antukan serupa kerikil itu bukan pada kata "punya", melainkan pada
kata "perlu". Seperti, apa perlu pertanyaan-pertanyaan saya dijawab? Apa gunanya bagi saya dan Ia-yang-mesti-dioperasi itu? Bukannya cukup dengan mendoakan Ia diberikan yang terbaik---atau syukur bisa membesuk jika ada kesempatan?

Ia-yang-mesti-dioperasi itu bernama Eko Endarmoko, seorang bapak yang sudah punya cucu di tingkat Sekolah Dasar. Tentu Ia bukan bapak biasa, tapi juga bapak bagi banyak anak-anak Ilmu Kebahasaan---yang dilesatkan pada tiap tulisannya, bahkan di tiap status Fesbuknya. Sebenarnya, dari lubuk yang paling dalam, saya lebih suka memanggilnya dengan sebutan 'Om", tapi apalah daya, pada suatu kesempatan Ia memanggil saya dengan sebutan "Anak", bukan "Kemenakan". Jadi mari kita lanjutkan tulisan ini dengan mengganti sebutan "Ia" dengan sebutan "Pak Moko".

Pak Moko sakit. Mungkin sejak 5 atau 6 tahun terakhir. Dari statusnya sejak 2009, Pak Moko pernah 2-3 kali memposting soal obat, juga dampaknya, yang bikin kantuk meraja. Stroke, penyakit itulah yang tertera dari beberapa posting teman (atau entah saudaranya?) di akun Fesbuk Pak Moko sejak 2 minggu yang lalu.

Saya sama sekali tidak tau Pak Moko sakit, sampai Hari Sabtu (13/7) itu, saya menyadari bahwa beranda saya sepi dengan update-an statusnya Pak Moko. Serta-merta, saya mengetik nama Eko Endarmoko di Tab Pencarian. Yang pertama saya temukan adalah fotonya Pak Moko, terbaring dengan latar putih. "Mau operasi Senin ini," itulah inti dari sekian komentar yang jadi captionnya. Saya menarik kursor ke bawah, Pak Moko memang sudah lama tidak mengupdate statusnya. Tapi yang bikin saya tercubit adalah status Pak Moko yang paling akhir kalau dihitung sejak hari itu. Masa Pak Moko update status puisinya Saut yang berjudul "Malam Lebaran"? Saya jadi merasa dicubit, dan ujungnya, uluh hati saya sakit.

Di antara posting doa-doa buat Pak Moko, saya ikut memposting juga.
"Om Eko,
lekas sembuh. Lekas sembuh. Lekas sembuh. Lekas update banyak status lagi biar berandanya riuh sama yang bermakna.
Lekas sembuh. Aamiin.
" Tulis saya di dinding Pak Moko.
---

Allah Maha Baik, untuk tidak membiarkan saya lama-lama sakit dan linglung kepengin tau soal kabarnya Pak Moko. Lewat dinding akun Neneng Nurjanahlah Allah mengizinkan saya untuk tau: operasinya Pak Moko berhasil. Ternyata Operasi Pascapemulihan Stroke-lah yang Pak Moko jalani kemarin. Ini artinya Pak Moko sudah berlangkah-langkah maju menuju pulih, dan ujungnya, semacam lega menyusup ke uluh hati saya.

Pagi ini, Pak Moko mulai online lagi. Ada beberapa posting di dindingnya yang ia jawab dengan ucapan terima kasih dan lainnya. Saya tau Pak Moko online lagi karena dia mengirimi saya pesan berisikan kata "salam", waktu saya lagi antre ambil KRS. Pesan itu saya jawab dengan salam kembali, untuk kemudian menyelamatinya soal kembali ke Fesbuk. Percakapan berikutnya sedikit canggung dan tidak panjang.

Meski percakapan saya dan Pak Moko ga begitu greget, tapi saya tetap senang karena Pak Moko bisa pulih. Saya tentu butuh sosok macam Pak Moko yang cinta sama Bahasa Indonesia, taat kaidah, lebih suka memberi pelajaran lewat contoh ketimbang teori, sederhana, berselera humor cerdas dan rendah hati. Saya tau mungkin ekspektasi saya akan terlalu tinggi jika begini, tapi saya sedikitnya berharap soal setengah dari lelaki Indonesia zaman ini seperti dia.

---
---

Catatan Akhir
---
Pada suatu Kamis di Bulan Juli, yang yakni hari ini:

"Salam"
"Salam kembali. Selamat datang lagi di Fesbuk."
"Terima kasih atas doa baikmu, Anak. Berkat itulah operasi berjalan lancar belaka."
"Kembali kasih. Orang baik laik dapat yang baik kan."
"Yup"
"Masih di rumah sakit ya. Semoga puasanya dilancarkan."
"Tidak. Senin pagi ditindak, ternyata cuma sekitar 20 menit (padahal nunggu gilirannya sampai 20 bulan!). Sore pulang."
"Syukurlah. kan memang mening begitu waktunya ketimbang dibalikin, 20 menit menunggu untuk 20 bulan tindakan. Wuih."
"Hahaha."

---

Terima kasih, Hari, untuk mengenalkan saya sama Pak Moko.

No comments: