Saya lupa harinya, tapi waktu itu sore-sore dan saya mampir ke sekre. Gak terlalu banyak orang. Seinget saya, cuma Ka Salman, Ka Nira, Ojan sama seorang laki-laki berkacamata yang saya gak tau namanya. Lelaki ini seringkali saya lihat di sekre, sekitar sebulan terakhir. Saya gak tau kepentingan dia apa dan dia itu temennya siapa sampe sering ada di sekre begitu. (Sebelum saya lanjut, tolong jangan berpikir macam-macam dulu soal lelaki ini. Saya membicarakannya bukan karena saya tertarik dsb.)
Jadi kembali ke sore itu, Ojan, mantan PU saya yang berjenggot lagi panik karena kunci motornya hilang, padahal dia lagi buru-buru. Saya sebenarnya kasian juga dan ikut nyari. Tapi ditengah pencarian kami, Ojan berpikir kejauhan: ada orang yang
ngumpetin itu kunci motor sampe ketemunya susah banget.
ngumpetin itu kunci motor sampe ketemunya susah banget.
Kami yang lagi nyari cuma cengar-cengir. Dasar orang panik, ya maklum aja yang lain kena tuduh iseng ngumpetin kunci motornya dia.
Sekitar 10 menit mencari gak ketemu juga si kunci ini. Akhirnya, Ojan nanya ke saya (sebenernya Ojan nanya ke yang lain juga) "Tu, di bawah tas kamu, cik." Soalnya tadi saya memang banyak ngeluar masukin barang. Sebenernya wajar sih, tapi sore itu saya memang agak sensi gara-gara postingan seseorang di Twitter, jadi selain saya menggeser letak tas saya, saya juga mengeluarkan semua isi tas saya. Bisi kemasukin, pikir saya. Tapi gestur saya memang kayak lagi yang kesel, nada saya juga agak gak enak didengar (kan tadi saya sudah bilang gara-gara Twitter ya).
Yang lain sih gak komentar, mungkin sudah biasa. Soalnya kultur di sekret memang agak keras. Jadi gestur dan nada saya dianggap wajarlah. Toh mereka juga pernah liat saya marah lebih parah sebelumnya. Hehe.
Sayangnya lain lubuk lain ikannya, lelaki berkacamata yang tadi saya ceritain di awal itu nampaknya merespon gestur dan intonasi saya. Dia bilang; "Perempuan tuh emosian ya. Cuma disuruh geserin tas aja, malah dikeluarin isi tasnya. Kan capek. nanti dia sendiri yang kudu beresin."
Saya tertegun, menengok ke arahnya dengan tatapan datar, terus bilang; "Lelaki tuh yang ribet. Perempuan gini, dikomentarin. Perempuan gitu dikomentarin. Kalo gamau memperpanjang cerita ya udah diem aja. Reaktif banget." selesai mengalihkan pandangan dari dia saya memasukan kembali barang-barang saya; tas mukena, binder, tempat pensil, note dan botol minum. "Lagian masukin gini doang sih ga capek," tambah saya lagi, masih dengan nada datar.
Sampai akhirnya saya mencuri lirik ke arah lelaki itu, dia nampak canggung. Tiba-tiba saya juga jadi canggung.
Pelan-pelan, lubuk hati saya mencubit nalar saya; "Apa kamu, Ratu? Sekarang sudah berani mendebat orang yang gak dikenal, tanpa alasan jelas dan gak penting pula. Lancang sekali. Masa ngomongnya gitu?"
------------------------------------------------------
Nah kan. Saya sendiri jadi bingung. Bisa-bisanya saya menunjukan emosi bahkan sama orang yang gak saya kenal. Mungkin ini penyesalan ya? Kenapa saya jadi judes? Jadi emosian?
Padahal dulu, waktu SMP saya malah pernah dapet titel "Ratu Senyum" saking seringnya senyum dan nyapa orang.
Sekarang mah... Boro-boro nyapa. Senyum aja enggak -_-
-----------------------------------------------------
Tadi di cerita lelaki asing berkacamata di sekret itu, saya sedikit menyinggung twitter kan ya?
Nantilah saya posting lagi. Siapa ada yang baca dan mau mengubah persepsinya tentang saya.
:)
Happy networking, dan yang memutuskan tidur.. Semoga tidur kalian nyenyak!
No comments:
Post a Comment