Mungkin karena sudah terlalu lama cerita tak diperlihatkan pada dunia,
mungkin karena sudah terlalu lama yang sebenarnya itu disimpan di balik dada,
mungkin karena sudah terlalu lama, jangan ditahan lagi ya?
:
tidak ada yang paling mengenal ceritanya
kecuali Tuhan, dia dan aku.
Tiba-tiba saya kangen, pada blog saya. Saya tahu banyak sarang laba-laba di sini. Tapi sarang laba-laba selalu bisa dibersihkan kan? Ayo ambil kemoceng dan mulai posting lagi.
:))
:))
Bulan November ini saya awali dengan dua kado yang tak pernah saya dapatkan sebelum-sebelumnya; sleeping bag berwarna abu dan payung lipat bermotif floral. (super big thanks untuk Ka God dan Teteh Puti--dan Bio, Pacarnya Teteh Puti yang memilihkan motif paling girlie sepanjang tahun ini. Thank youuu).
Ah iya, terima kasih juga untuk kado-kado lainnya yang cantik-cantik, kartu ucapan, untuk scraft2 dari beberapa teman, untuk pemulas bibir (ini waktu buka bungkusnya, saya sulit berhenti tertawa, kalo saja Mba Tie, baca) dan beberapa temannya yang entah kapan akan saya pakai. Hehe.
Dan tentu saja the biggest thanksnya saya persembahkan untuik Dia; yang masih memberikan saya waktu hidup (thanks God, Im 19), keluarga yang baik dan tentu saja memberi saya kesempatan disayangi matahari xD
Bicara soal matahari, dia yang harusnya muncul pagi-pagi itu bilang kalau saya punya tempat lari bernama puisi. Saya tertegun sebentar kemudian mengiyakan. Tempat saya bersentimen ria atau berbahagia memang puisi, cukup mengutip sebait dua bait dari puisi bikinan sastrais Indonesia atau bikin sendiri, saya rasa perasaan saya telah lebih dari cukup terwakili. Puisi, bagi saya punya ruang yang personal meski ia dipublikasi pada khalayak. Maksud saya, siapa yang bisa benar-benar mengukur kedalaman semacam apa yang hendak disampaikan oleh si penulis atau si pemosting? Saya rasa, tak ada seorangpun.
Bicara soal matahari, dia yang harusnya muncul pagi-pagi itu bilang kalau saya punya tempat lari bernama puisi. Saya tertegun sebentar kemudian mengiyakan. Tempat saya bersentimen ria atau berbahagia memang puisi, cukup mengutip sebait dua bait dari puisi bikinan sastrais Indonesia atau bikin sendiri, saya rasa perasaan saya telah lebih dari cukup terwakili. Puisi, bagi saya punya ruang yang personal meski ia dipublikasi pada khalayak. Maksud saya, siapa yang bisa benar-benar mengukur kedalaman semacam apa yang hendak disampaikan oleh si penulis atau si pemosting? Saya rasa, tak ada seorangpun.
Ya, begitulah. Coretan kecil, curhat kado-kado dan puisinya saya jadikan awal untuk mebersihkan blog ini dari sarang laba-laba lagi. Semoga berkelanjutan. Ammiin.
:))
:))
n.b: Jangan tanya soal tulisan bercetak miring itu, siapapun. Saya mohon. :))
No comments:
Post a Comment