Saturday, October 29, 2011

Kebebasan, Junalistik dan Budaya


Kebebasan hari ini telah menghembuskan angin sejuk bagi mereka, manusia yang ingin menjadi penulis. Bagaimana tidak? Citizen Jurnalism hari ini sudah melampaui batas-batas tertentu dalam kegiatan menulis. Misalnya saja kode etik jurnalistik yang paling sering dicuatkan ke permukaan pers Indonesia. Insan jurnalis masa kini, bisa saja menulis tidak sesuai fakta, bahkan disisipi keperluan-keperluan tertentu dalam konten tulisannya tanpa diketahui pihak bersangkutan, yang menyuarakan secara lantang tentang kode etik jurnalistik.
Bicara tentang kebebasan menulis, berarti bicara tentang sebab-sebab mengapa bisa terjadi degradasi besar-besaran dalam dunia jurnalistik. Sebab yang utama adalah globalisasi. Seperti yang kita ketahui bersama, globalisasi tidak hanya mengubah pandangan manusia dalam berpikir. Tapi juga mengubah cara manusia dalam menyampaikan pikiran-pikirannya.
Dalam konteks inilah dunia jurnalistik mengalami perubahan: jejaring sosial, media menulis seperti blog dan website berkembang bagai jamur di musim hujan. Selain akses yang kian mudah, cara berbagi pola pikir lewat media maya ini juga efektif dan efisien.
Penulis kawakan, penulis amatiran yang karyanya sering di tolak media cetak, anak-anak SMP dan SMA, para mahasiswa dan jutaan klasifikasi manusia dunia, sadar atau tidak, membuat sebuah budaya yang baru: menulis tanpa syarat, batas dan aturan. Setiap orang jadi penulis, meski yang ditulisnya hanya curahan-curahan hati soal perut yang lapar, tubuh yang kelelahan, suasana sekitar atau soal percintaan mereka dengan orang yang bersangkutan. Mereka tidak memedulikan kaidah, tata bahasa, diksi, tema dan syarat-syarat menulis yang harusnya diusung erat sebagai insan jurnalis yang berbudaya.
Memang sebenarnya hal itu memiliki sisi positif. Akan tetapi ketika dilihat dari sudut penulis yang baik, penulisan yang melupakan kaidah-kaidah ilmiah dapat menjadi ancaman bagi budaya menulis negeri kita sendiri. Tidak ada salahnya dimulai dari sekarang, kita, sebagai insan jurnalis yang berbudaya menerapkan budaya bahasa yang baik agar budaya menulis yang baik tidak punah.

*persyaratan LPM Suaka



No comments: